Cinta........Cinta
Manusia akan selalu membagi cintanya, tak bisa memiliki hanya satu cinta. Karena itulah kita harus menentukan prioritas cinta kita sekaligus membuktikan cinta itu. Adakalanya mereka yang kita cintai menuntut haknya pada saat yang bersamaan.
Hak untuk disayangi, dirindukan, diperhatikan dan lain sebagainya. Kita dituntut untuk memprioritaskan dengan tepat, atau kita akan kehilangan cinta itu satu persatu.
Siapapun atau apapun yang kita cintai, akan menuntut haknya pada kita. Hak untuk diperhatikan, hak untuk diberi, hak untuk disayangi dan hak akan pengorbanan dari yang mencintainya. Tidak ada manusia didunia ini yang hanya memiliki satu cinta secara absolud. Manusia sebagai makhluk sosial, akan selalu berinteraksi dengan lingkungannya, pada saat itulah dia menebar cintanya. Karena hidup yang sempurna bagi manusia adalah kehidupan yang penuh dengan cinta, yakni menemukan cinta saat menjalani hidup keseharian. Dirumah, adalah sumber kebahagiaannya karena cinta yang tumbuh dalam keluarganya, dikantor dia akan begitu bersemangat karena mencintai pekerjaannya, dikomunitasnya dia temukan kenyamanan dalam cinta sahabat-sahabatnya dan dalam waktu-waktu shalat yang selalu dirindukannya untuk bertemu Sang Pemilik Cinta Hakiki yang dicintainya, Allah SWT serta utusanNya , Rasulullah SAW.
Kebahagiaan dalam menjalani kehidupan di dunia ini akan dirasakan secara optimal apabila kita mampu memprioritaskan cinta kita secara tepat. Karena hanya dengan cara itulah kita akan mampu mempertahankan cinta kita dalam kehidupan ini. Prioritas cinta sangat menentukan jalan hidup kita, kearah mana kehidupan ini akan menuju. Apabila kita salah memprioritaskan, kehidupan yang kita jalani tak akan mengarahkan kita menjadi manusia “besar”, yakni manusia yang bermanfaat bagi orang banyak. Kita hanya menjadi manusia biasa saja, ada dan tiadanya sama saja. Bisa juga menjadi manusia “kerdil”, ketiadaannya sangat diharapkan.
3 Prioritas
Prioritas pertama cinta kita adalah kepada Sang Khaliq Allah SWT. Saya pikir tak perlu saya membahas panjang lebar, karena kita semua tahu bahwa DIA lah Yang Maha Berkehendak, semua yang terjadi dalam kehidupan ini atas ijinnya. Tidak ada satupun yang mampu mencegah apabila DIA menghendaki sesuatu dan tidak ada satupun yang mampu mewujudkan apabila DIA tidak menghendaki.
Sangat sedikit manusia yang mampu menumbuhkan cinta padaNya secara tulus. Kebanyakan manusia berharap padaNya, tidak ada cinta. Itupun hanya pada saat menyadari keterbatasan-keterbatasan, kekurangan, sakit, duka dan berbagai kondisi sempit lainnya. Dalam kondisi lapang, hanya sedikit manusia yang mampu menumbuhkan cinta padaNya.
Cinta bisa pada Allah bisa dikatakan tumbuh apabila anda ibadah wajib sudah dirasakan sebagai sebuah kebutuhan, bukan lagi kewajiban. Artinya ibadah sudah menjadi sebuah kegiatan yang menyenangkan, bukan lagi beban. Sebab cinta akan selalu diiringi rasa rindu, diiringi pula dengan senantiasa menyebut-nyebut namaNya dan pengorbanan sebagai bukti cinta yang mendalam.
Bila kita masih menganggap ibadah tersebut sebagai kewajiban, itu menandakan cinta belumlah tumbuh, namun kita sedang berupaya untuk itu. Jangan heran jika ibadah tersebut tidak mampu menjadi kegiatan yang menyenangkan maupun menenangkan diri kita. Karena kita melakukannya bukan karena cinta, kita melakukannya karena rasa takut dan khawatir. Takut masuk neraka dan khawatir tidak masuk syurga. Cinta atau pun tidak kepada Allah SWT, DIA akan tetap memberikan kita rezeki dan berbagai kenikmatan, DIA berikan CintaNya pada makhlukNya yang mencintaiNYa dan juga pada makhlukNya yang tidak mencintaiNya, namun taat padaNya.
Sahabat Anas bin Malik berkata, bahwa Rasulullah saw telah bersabda:
"Ada tiga perkara yang apabila dimiliki oleh seseorang, dia akan merasakan manisnya iman. Yakni Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada kecintaannya terhadap sesuatu yang lain, mencintai orang lain semata-mata hanya karena mencari keridhaan Allah, dan takut kembali ke jalan kufur sebagaimana dia takut dirinya di masukkan ke dalam siksa neraka." (HR. Bukhari)
Prioritas cinta kita yang kedua adalah cinta pada kedua orang tua. Orang tua kita telah mencurahkan cintanya kepada kita tanpa kita minta. Mereka memelihara, membimbing dan melayani kita disaat kita tak berdaya, disaat kita hanya bisa menangis dan tertawa hingga kita berdaya. Kita tak pernah bisa memilih dari rahim siapa kita dilahirkan, merekapun tak bisa memilih harus melahirkan siapa, namun kasih sayang itu telah mereka curahkan kepada kita hingga kita bisa hidup seperti sekarang ini.
Disaat mereka bugar, segala daya upaya mereka kerahkan untuk membesarkan kita, maka disaat mereka telah renta dimakan usia senja, adalah saat bagi kita mencurahkan cinta dan kasih sayang kita kepada mereka. Itupun tak mampu membalas kebaikan mereka terhadap kita. Jadi pantaslah kalau prioritas cinta yang kedua adalah pada kedua orang tua.
Prioritas ketiga adalah cinta pada keluarga, yakni pasangan hidup dan anak-anak. Mereka bagaikan malaikat yang diutus Allah untuk menemani kita dalam mahligai syurga bagi kita di kehidupan dunia. Walaupun dalam prioritas ketiga, kasih sayang dalam rumah tangga mampu mendorong kita memperbaiki kualitas cinta kita pada Allah dan kedua orang tua. Karena didalam rumah tangga yang penuh cinta, akan terjadi proses perbaikan diri, penajaman visi dan misi kehidupan, serta kematangan pribadi menuju keshalihan. Cinta dalam rumah tangga akan menciptakan ketenangan jiwa, menikmati rezeki dan anugerah sebagaimana mestinya hingga membentuk kita menjadi pribadi-pribadi yang penuh rasa syukur.
Sahabat Aisyahra berkata, bahwa Rasulullah saw telah bersabda:
"Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik kepada keluarga. Dan aku adalah orang yang paling sayang kepada istri di antara kamu." (HR: Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya).
Ketiga prioritas itu akan membawa kita menentukan prioritas-prioritas lainnya. Semua itu tergantung seberapa kualitas dan ketulusan cinta kita. Ketiganya memiliki hak untuk dicintai, kita harus mampu membagi cinta dengan benar. Abu Bakar Ra pernah menyerahkan seluruh hartanya untuk Allah dan RasulNya, yakni untuk mendanai perjuangan menegakkan Islam, namun Rasulullah SAW menasihati beliau untuk tetap menyisakan hartanya itu untuk keluarganya. Jadi , walaupun Allah SWT dan Rasulullah SAW adalah prioritas pertama, bukan berarti kita harus mencurahkan cinta kita seluruhnya tanpa harus mencintai yang lainnya.
Bukti Cinta
Mencintai yang dicintai oleh Yang Tercinta adalah mencintai Yang Tercinta. Mungkin itu adalah sebuah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan pembuktian cinta kita. Manusia akan melakukan hal apa saja untuk sang tercinta. Apabila sang tercinta bagi kita adalah Allah SWT, maka cinta pada Allah dibuktikan dengan mencintai semua yang dicintaiNya. Allah cinta pada RasulNya, maka kita harus mencintainya, DIA mencintai orang-orang yang berjihad dijalanNya, maka kitapun harus mencintainya pula, begitu pula dengan kecintaan-kecintaanNya pada hal lainnya. Karena hanya dengan itu kita bisa memenuhi rasa rindu dan ingin bertemu denganNya.
Rasa rindu akan tumbuh bila kita tak lama bersua dengan orang yang kita cintai, dapat diobati dengan menghampiri untuk bertemu. Allah SWT selalu rindu dan pada hambaNya, dipanggil hambaNya 5x sehari untuk menghadapNya, padahal Allah SWT selalu berada lebih dekat dari urat leher hambaNya. Itulah cinta Allah SWT pada makhluknya, sebuah cinta yang hakiki, cinta Sang pencipta pada makhluk ciptaanNya.
Sementara hanya sedikit hambaNya yang mendatangi panggilanNya dengan penuh cinta, sebagian kecil lainnya datang tidak sepenuh hati karena masih memikirkan urusan-urusan duniawinya. Sebagian lain yang lebih besar datang dengan bermalasan-malasan karena hanya ingin menjaga statusnya sebagai muslim. Sebagian lain yang paling besar malah tidak mendatangi panggilanNya itu.
Seandainya ditanya pada seluruh penduduk bumi ini, “siapa yang menciptakan alam semesta?” sebagian besar akan menjawab “Tuhan”, sebagian kecil menjawab “terjadi dengan sendirinya” dan tak ada satupun yang menjawab “syaitan” . Namun dalam kehidupan sehari-hari, hanya sedikit yang menjadi penyembah Allah dan lebih sedikit lagi yang mencintaiNya. Sebagian besar menjadi pengikut langkah-langkah syaitan, menjadi budak harta dan manusia. Padahal Syaitan tak memiliki kontribusi sedikit pun dalam penciptaan alam ini.
Allah SWT mencintai hambaNya, namun DIA juga meminta bukti cinta itu dari hambaNya. Cinta itu bukan hanya dibibir, tapi harus diungkapkan dengan perbuatan. Sebagaimana DIA sampaikan pada kita dalam surat Al-Ankabuut ayat 2,” Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?”
Penutup
Bila cinta itu belum tumbuh, maka berusahalah agar cinta itu tumbuh. Caranya...? Kenalilah DIA terlebih dahulu, selama ini kita hanya tahu bahwa DIA ada, namun tak ada usaha untuk mengenalNya lebih jauh. Bagaimana caranya..? Ya carilah info sebanyak-banyaknya tentang DIA. Bukankah DIA telah menginformasikan tentang diriNya dalam Qur’an dan perkataan Rasulullah SAW yakni Al-Hadist? Bacalah, itu langkah pertama mengenal diriNya. Setelah itu, sambutlah cintaNya. Segala perintah dan larangannya ada bukti cintaNya pada kita, ikuti seluruhnya, niscaya kita akan merasakan cinta itu tumbuh dalam hati kita, ditandai dengan nikmatnya berasyik masyuk denganNya dalam ibadah dan pengorbanan-pengorbanan yang kita lakukan untukNya dengan sepenuh hati. Bukankah bila kita mendekat padaNya selangkah, DIA akan mendekat pada kita seribu langkah? itulah cinta.
Wallahu a’lam..
Cinta........Cinta
Manusia akan selalu membagi cintanya, tak bisa memiliki hanya satu cinta. Karena itulah kita harus menentukan prioritas cinta kita sekaligus membuktikan cinta itu. Adakalanya mereka yang kita cintai menuntut haknya pada saat yang bersamaan.
Hak untuk disayangi, dirindukan, diperhatikan dan lain sebagainya. Kita dituntut untuk memprioritaskan dengan tepat, atau kita akan kehilangan cinta itu satu persatu.
Siapapun atau apapun yang kita cintai, akan menuntut haknya pada kita. Hak untuk diperhatikan, hak untuk diberi, hak untuk disayangi dan hak akan pengorbanan dari yang mencintainya. Tidak ada manusia didunia ini yang hanya memiliki satu cinta secara absolud. Manusia sebagai makhluk sosial, akan selalu berinteraksi dengan lingkungannya, pada saat itulah dia menebar cintanya. Karena hidup yang sempurna bagi manusia adalah kehidupan yang penuh dengan cinta, yakni menemukan cinta saat menjalani hidup keseharian. Dirumah, adalah sumber kebahagiaannya karena cinta yang tumbuh dalam keluarganya, dikantor dia akan begitu bersemangat karena mencintai pekerjaannya, dikomunitasnya dia temukan kenyamanan dalam cinta sahabat-sahabatnya dan dalam waktu-waktu shalat yang selalu dirindukannya untuk bertemu Sang Pemilik Cinta Hakiki yang dicintainya, Allah SWT serta utusanNya , Rasulullah SAW.
Kebahagiaan dalam menjalani kehidupan di dunia ini akan dirasakan secara optimal apabila kita mampu memprioritaskan cinta kita secara tepat. Karena hanya dengan cara itulah kita akan mampu mempertahankan cinta kita dalam kehidupan ini. Prioritas cinta sangat menentukan jalan hidup kita, kearah mana kehidupan ini akan menuju. Apabila kita salah memprioritaskan, kehidupan yang kita jalani tak akan mengarahkan kita menjadi manusia “besar”, yakni manusia yang bermanfaat bagi orang banyak. Kita hanya menjadi manusia biasa saja, ada dan tiadanya sama saja. Bisa juga menjadi manusia “kerdil”, ketiadaannya sangat diharapkan.
3 Prioritas
Prioritas pertama cinta kita adalah kepada Sang Khaliq Allah SWT. Saya pikir tak perlu saya membahas panjang lebar, karena kita semua tahu bahwa DIA lah Yang Maha Berkehendak, semua yang terjadi dalam kehidupan ini atas ijinnya. Tidak ada satupun yang mampu mencegah apabila DIA menghendaki sesuatu dan tidak ada satupun yang mampu mewujudkan apabila DIA tidak menghendaki.
Sangat sedikit manusia yang mampu menumbuhkan cinta padaNya secara tulus. Kebanyakan manusia berharap padaNya, tidak ada cinta. Itupun hanya pada saat menyadari keterbatasan-keterbatasan, kekurangan, sakit, duka dan berbagai kondisi sempit lainnya. Dalam kondisi lapang, hanya sedikit manusia yang mampu menumbuhkan cinta padaNya.
Cinta bisa pada Allah bisa dikatakan tumbuh apabila anda ibadah wajib sudah dirasakan sebagai sebuah kebutuhan, bukan lagi kewajiban. Artinya ibadah sudah menjadi sebuah kegiatan yang menyenangkan, bukan lagi beban. Sebab cinta akan selalu diiringi rasa rindu, diiringi pula dengan senantiasa menyebut-nyebut namaNya dan pengorbanan sebagai bukti cinta yang mendalam.
Bila kita masih menganggap ibadah tersebut sebagai kewajiban, itu menandakan cinta belumlah tumbuh, namun kita sedang berupaya untuk itu. Jangan heran jika ibadah tersebut tidak mampu menjadi kegiatan yang menyenangkan maupun menenangkan diri kita. Karena kita melakukannya bukan karena cinta, kita melakukannya karena rasa takut dan khawatir. Takut masuk neraka dan khawatir tidak masuk syurga. Cinta atau pun tidak kepada Allah SWT, DIA akan tetap memberikan kita rezeki dan berbagai kenikmatan, DIA berikan CintaNya pada makhlukNya yang mencintaiNYa dan juga pada makhlukNya yang tidak mencintaiNya, namun taat padaNya.
Sahabat Anas bin Malik berkata, bahwa Rasulullah saw telah bersabda:
"Ada tiga perkara yang apabila dimiliki oleh seseorang, dia akan merasakan manisnya iman. Yakni Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada kecintaannya terhadap sesuatu yang lain, mencintai orang lain semata-mata hanya karena mencari keridhaan Allah, dan takut kembali ke jalan kufur sebagaimana dia takut dirinya di masukkan ke dalam siksa neraka." (HR. Bukhari)
Prioritas cinta kita yang kedua adalah cinta pada kedua orang tua. Orang tua kita telah mencurahkan cintanya kepada kita tanpa kita minta. Mereka memelihara, membimbing dan melayani kita disaat kita tak berdaya, disaat kita hanya bisa menangis dan tertawa hingga kita berdaya. Kita tak pernah bisa memilih dari rahim siapa kita dilahirkan, merekapun tak bisa memilih harus melahirkan siapa, namun kasih sayang itu telah mereka curahkan kepada kita hingga kita bisa hidup seperti sekarang ini.
Disaat mereka bugar, segala daya upaya mereka kerahkan untuk membesarkan kita, maka disaat mereka telah renta dimakan usia senja, adalah saat bagi kita mencurahkan cinta dan kasih sayang kita kepada mereka. Itupun tak mampu membalas kebaikan mereka terhadap kita. Jadi pantaslah kalau prioritas cinta yang kedua adalah pada kedua orang tua.
Prioritas ketiga adalah cinta pada keluarga, yakni pasangan hidup dan anak-anak. Mereka bagaikan malaikat yang diutus Allah untuk menemani kita dalam mahligai syurga bagi kita di kehidupan dunia. Walaupun dalam prioritas ketiga, kasih sayang dalam rumah tangga mampu mendorong kita memperbaiki kualitas cinta kita pada Allah dan kedua orang tua. Karena didalam rumah tangga yang penuh cinta, akan terjadi proses perbaikan diri, penajaman visi dan misi kehidupan, serta kematangan pribadi menuju keshalihan. Cinta dalam rumah tangga akan menciptakan ketenangan jiwa, menikmati rezeki dan anugerah sebagaimana mestinya hingga membentuk kita menjadi pribadi-pribadi yang penuh rasa syukur.
Sahabat Aisyahra berkata, bahwa Rasulullah saw telah bersabda:
"Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik kepada keluarga. Dan aku adalah orang yang paling sayang kepada istri di antara kamu." (HR: Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya).
Ketiga prioritas itu akan membawa kita menentukan prioritas-prioritas lainnya. Semua itu tergantung seberapa kualitas dan ketulusan cinta kita. Ketiganya memiliki hak untuk dicintai, kita harus mampu membagi cinta dengan benar. Abu Bakar Ra pernah menyerahkan seluruh hartanya untuk Allah dan RasulNya, yakni untuk mendanai perjuangan menegakkan Islam, namun Rasulullah SAW menasihati beliau untuk tetap menyisakan hartanya itu untuk keluarganya. Jadi , walaupun Allah SWT dan Rasulullah SAW adalah prioritas pertama, bukan berarti kita harus mencurahkan cinta kita seluruhnya tanpa harus mencintai yang lainnya.
Bukti Cinta
Mencintai yang dicintai oleh Yang Tercinta adalah mencintai Yang Tercinta. Mungkin itu adalah sebuah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan pembuktian cinta kita. Manusia akan melakukan hal apa saja untuk sang tercinta. Apabila sang tercinta bagi kita adalah Allah SWT, maka cinta pada Allah dibuktikan dengan mencintai semua yang dicintaiNya. Allah cinta pada RasulNya, maka kita harus mencintainya, DIA mencintai orang-orang yang berjihad dijalanNya, maka kitapun harus mencintainya pula, begitu pula dengan kecintaan-kecintaanNya pada hal lainnya. Karena hanya dengan itu kita bisa memenuhi rasa rindu dan ingin bertemu denganNya.
Rasa rindu akan tumbuh bila kita tak lama bersua dengan orang yang kita cintai, dapat diobati dengan menghampiri untuk bertemu. Allah SWT selalu rindu dan pada hambaNya, dipanggil hambaNya 5x sehari untuk menghadapNya, padahal Allah SWT selalu berada lebih dekat dari urat leher hambaNya. Itulah cinta Allah SWT pada makhluknya, sebuah cinta yang hakiki, cinta Sang pencipta pada makhluk ciptaanNya.
Sementara hanya sedikit hambaNya yang mendatangi panggilanNya dengan penuh cinta, sebagian kecil lainnya datang tidak sepenuh hati karena masih memikirkan urusan-urusan duniawinya. Sebagian lain yang lebih besar datang dengan bermalasan-malasan karena hanya ingin menjaga statusnya sebagai muslim. Sebagian lain yang paling besar malah tidak mendatangi panggilanNya itu.
Seandainya ditanya pada seluruh penduduk bumi ini, “siapa yang menciptakan alam semesta?” sebagian besar akan menjawab “Tuhan”, sebagian kecil menjawab “terjadi dengan sendirinya” dan tak ada satupun yang menjawab “syaitan” . Namun dalam kehidupan sehari-hari, hanya sedikit yang menjadi penyembah Allah dan lebih sedikit lagi yang mencintaiNya. Sebagian besar menjadi pengikut langkah-langkah syaitan, menjadi budak harta dan manusia. Padahal Syaitan tak memiliki kontribusi sedikit pun dalam penciptaan alam ini.
Allah SWT mencintai hambaNya, namun DIA juga meminta bukti cinta itu dari hambaNya. Cinta itu bukan hanya dibibir, tapi harus diungkapkan dengan perbuatan. Sebagaimana DIA sampaikan pada kita dalam surat Al-Ankabuut ayat 2,” Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?”
Penutup
Bila cinta itu belum tumbuh, maka berusahalah agar cinta itu tumbuh. Caranya...? Kenalilah DIA terlebih dahulu, selama ini kita hanya tahu bahwa DIA ada, namun tak ada usaha untuk mengenalNya lebih jauh. Bagaimana caranya..? Ya carilah info sebanyak-banyaknya tentang DIA. Bukankah DIA telah menginformasikan tentang diriNya dalam Qur’an dan perkataan Rasulullah SAW yakni Al-Hadist? Bacalah, itu langkah pertama mengenal diriNya. Setelah itu, sambutlah cintaNya. Segala perintah dan larangannya ada bukti cintaNya pada kita, ikuti seluruhnya, niscaya kita akan merasakan cinta itu tumbuh dalam hati kita, ditandai dengan nikmatnya berasyik masyuk denganNya dalam ibadah dan pengorbanan-pengorbanan yang kita lakukan untukNya dengan sepenuh hati. Bukankah bila kita mendekat padaNya selangkah, DIA akan mendekat pada kita seribu langkah? itulah cinta.
Wallahu a’lam..
0 komentar:
Posting Komentar